Kamis, 12 Juli 2012

Rabu, 11/07/2012 16:13 WIB

Inilah Daya Pikat Jokowi

Nurvita Indarini - detikNews
Jakarta Sejumlah penghitungan cepat yang digelar beberapa lembaga survei menyebutkan pasangan Joko Widodo (Jokowi) - Basuki T Purnama (Ahok) berada di tempat teratas pilgub DKI. Jokowi bukan orang Jakarta dan sebagian besar waktunya habis di Solo, Jawa Tengah. Lantas daya tarik apa yang membuat Jokowi bersinar?

Berikut ini beberapa daya tarik Jokowi yang dihimpun detikcom:

1. Tokoh Antikorupsi

Jokowi dikenal sebagai tokoh antikorupsi. Tidak heran, dia diganjar penghargaan Bung Hatta Anticorruption Award 2010.

Penghargaan diberikan kepada Jokowi dengan pertimbangan integritas, tindakan nyata, dan upaya membangun sistem layanan publik yang terbuka demi reformasi birokrasi.

Untuk mencegah praktik korupsi di jajarannya, sejak awal menjadi kapala daerah di Solo, Jokowi berupaya memperbaiki, mengubah, dan membenahi sistem. Misalnya dalam pengurusan kartu tanda penduduk (KTP) dan perizinan. Jika dulu pengurusan KTP selesai dalam seminggu, bahkan sebulan, kini dalam tempo satu jam sudah jadi.

"Untuk apa lagi orang memberi amplop pada petugas jika satu jam saja KTP jadi?" ucap Jokowi seperti dikutip dari http://www.bhaca.org

2. Merakyat

Blusukan ke pasar tradisional adalah aktivitas yang kerap kali dilakukan Jokowi kala memimpin Solo. Inilah yang membuat alumnus Fakultas Kehutanan UGM ini dikenal dekat dengan rakyat.

Jokowi juga berhasil menata 5.817 pedagang kaki lima (PKL) di Solo tanpa unjuk rasa. Atas arahannya, pedagang diberi kios dengan membayar retribusi Rp 3.000 per hari. Hal ini tentu mendapat sambutan positif dari rakyat kecil. Apalagi buat Jokowi, PKL merupakan potensi yang tidak perlu disingkirkan.

Bagi dia, dengan menggarap PKL dan pasar tradisional akan banyak menolong rakyat kecil. "Kalau yang mart-mart itu tidak menolong yang kecil. Investor itu tidak selalu asing. Karena kalau kecil dikelola dengan baik bisa mendatangkan yang besar. Ratusan ribu rupiah tidak apa-apa, tidak harus miliar," ucap Jokowi sesaat setelah menerima Bung Hatta Anticorruption Award 2010 lalu.

Kesan merakyat juga muncul kala dia dan Ahok memilih baju kotak-kotak dalam perjalanan menuju DKI 1. Baju kotak-kotak aneka warna itu memiliki filosofi, keduanya ingin diterima warga Jakarta yang punya latar belakang beragam.

3. Metal

Di balik sikapnya yang tenang, ternyata Jokowi adalah penggemar musik metal. Kegemaran Jokowi pada aliran musik cadas ini tentu membuatnya semakin unik.

Saat Dream Theatre konser di Jakarta pada April 2012 lalu, sebenarnya Jokowi sudah sempat membeli tiket. Namun dia urung menghadiri konser tersebut karena lebih memilih datang ke acara pengajian.

Jokowi juga pernah mengacungkan tangannya membentuk lambang metal saat mendapat nomor urut 3 di pilgub DKI. Bukan sekadar gaya-gayaan, metal ini merupakan singkatan dari 'menang total'.

4. Wali Kota Teladan

Jokowi pernah dinobatkan sebagai wali kota teladan dari Kemendagri pada 2011. Hal itu tidak berlebihan karena selama pemerintahan Jokowi, Kota Solo bergerak ke arah yang lebih baik.

Di masa kepemimpinan Jokowi, Solo pernah menjadi kota dengan tata ruang terbaik ke-2 di Indonesia. Karena berhasil mengelola keuangan dengan baik, Solo juga mendapat penghargaan dari Departemen Keuangan berupa dana hibah sebesar 19,2 miliar pada 2009.

Bahkan Solo juga tercatat 5 kali mendapat Anugerah Wahana Tata Nugraha (2006-2011) karena tata tertib lalu lintas dan angkutan umumnya. Selain itu masih banyak sederet prestasi Solo lainnya yang mencorong.

Nama Jokowi juga masuk dalam nominasi wali kota terbaik sejagat oleh The City Mayors Foundation 2012. Pada Juni lalu situs resmi www.worldmayor.com yang merupakan situs lembaga City Mayors mengumumkan seleksi 25 nama nominasi wali kota terbaik sedunia. Salah satu nama yang dicantumkan adalah nama Jokowi.

(vit/asy) 

Jumat, 06 Juli 2012

Rahudman kebal hukum, nampaknya
Warta
RIDIN
WASPADA ONLINE

(WOL Photo)



















MEDAN - Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu) terus didesak berbagai elemen masyarakat agar segera menuntaskan kasus dugaan korupsi Anggran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar Rp13,8 miliar. Kasus ini menyeret nama Walikota Medan Rahudman Harahap sebagai tersangka saat menjabat Sekretaris Daerah Pemkab Tapsel tersebut pada tahun 2005 lalu.

Jaringan Keadilan Nusantara (Jaksa) dan Lembaga Pemuda Kreatif (Lapak) yang akhir-akhir ini terus mendesak lembaga adhiyaksa di Sumut tersebut dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)  untuk segera menuntaskan kasus tersebut yang melibatkan Rahudman Harahap menyandang status tersangka.
  

Jaksa dan Lapak menuding ada kekuatan besar di balik kasus korupsi Rahudman Harahap sehingga proses hukum atas kasus tersebut jadi tersendat meskipun berbagai elemen masyarakat telah mendesak Kajatisu dan KPK untuk segera menuntaskannya.

"Kenapa Kajati Sumut Noor Rachmad tidak menghargai desakan masyarakat agar menuntaskan kasus Rahudman. Jelas ini ada kekuatan besar yang melindunginya. Sehingga terkesan kebal hukum,” ujar kordinator Jaksa dan Lapak Syawaluddin tadi malam.

Syawal mendesak agar Kajatisu dan KPK segera menangkap dan memproses Rahudman Harahap yang telah jadi tersangka dugaan korupsi enam item APBD Tapanuli Selatan (Tapsel) tahun 2005 itu.

Dibeberkannya bahwa pada tanggal 29 Mei 2006, Bupati Tapsel, Ongku P Hasibuan (alm) telah melaporkan beberapa item dugaan korupsi Amrin Tambunan yang ditenggarai juga diotaki Rahudman Harahap saat menjabat Sekda Tapsel pada APBD tahun 2005 diantaranya adalah dana kredit 100 debitur dari PNS tanpa prosedur senilai Rp4,9 miliar.

Selanjutnya, dana bantuan sosial sebesar Rp909 juta, kemudian dana Komisi Pemilihan Umum Daerah Tapsel sebesar Rp790,1 juta. Selain itu penarikan uang tunai dari PT Bank Sumut sebesar Rp1 miliar tanpa prosedur.

Sisa anggaran yang tak dapat dipertanggungjawabkan sebesar Rp4,5 miliar. Terakhir honor Kepala Desa di Kabupaten Tapsel untuk triwulan III dan IV senilai Rp1,6 miliar dan yang akrab dikenal dana TPAPD Tapsel tahun 2005 sehingga total dugaan kerugian yang dialami negara sebesar Rp13,8 miliar.

Jaksa dan Lapak mendesak agar kasus korupsi mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Tapsel itu tidak terhenti sebab beberapa pelaku yang terseret dalam kasus tersebut telah divonis dan menjalani hukumannya.

Menanggapi kasus tersebut pihak Kejati Sumut menyebutkan kalau kasus dugaan korupsi Rahudman Harahap saat menjabat Sekda Tapsel masih terus diproses hukum. Lembaga hukum tersebut tidak akan meng-SP3-kan kasus Rahudaman tersebut.

"Kalau kasus tesebut tidak ada SP3, jadi kasus tetap kita lanjutkan," ujar Pelaksana Harian (Plh) Kejati Sumut Ronald Bakara kepada Waspada Online. Demikian jawaban pihak Kejatisu setiap kali dikonfirmasi wartawan. Bahkan sejak sebelum Noor Rachmad dilantik sebagai Kajatisu beberapa bulan lalu.

Tetapi kenyataan yang terlihat sampai saat ini Rahudman yang menjabat Walikota Medan tersebut tidak sekalipun diperiksa olehg lembaga adhiyaksa tersebut.

Editor:AGUS UTAMA
(dat03/wol)

Diperiksa KPK 2 Kali, Anas: Ada yang Berharap Saya Jadi Tersangka

Gede Suardana - detikNews
Denpasar Banyak pihak berspekulasi Anas Urbaningrum akan ditetapkan sebagai tersangka setelah dua kali diperiksa KPK dalam kasus Hambalang. Ketum DPP Partai Demokrat ini mengaku tak takut dan khawatir.

Keyakinan tersebut disampaikan Anas ketika ditanya wartawan usai menghadiri acara Pelatihan Kepemimpinan dan Kepemiluan PD di Hotel Berdikari, Buleleng, Bali, Jumat (6/7/2012).

"Saya tahu barangkali ada yang punya harapan seperti itu. Saya tidak ingin sebut yang punya harapan itu. Tapi kalau anda tidak salah, maka anda tidak perlu takut dan khawatir," kata Anas saat ditanya kemungkinan dirinya menjadi tersangka. 

Anas telah dua kali menjalani pemeriksaan oleh KPK. Ia meminta agar semua pihak tidak menekan atau mengembangkan opini agar KPK memeriksa ataupun tidak memeriksanya kembali.

"Tidak perlu didorong-dorong atau dicegah-cegah. Tidak perlu dikembangkan opini atau dorongan atau tekanan untuk memanggil atau tidak memanggil," kata Anas di depan para kader PD se-Bali.

Mantan Ketum PB HMI ini sangat yakin tak terlibat kasus korupsi proyek Hambalang. "Yakin. Sangat yakin," ujarnya singkat.

Usai diperiksa dua kali oleh KPK, Anas berlibur ke Bali. Ia menyempatkan menghadiri acara yang digelar Partai Demokrat Bali di Buleleng.

Kamis, 04 November 2010

Hakim MK: Terlalu Murah Kalau Suap Rp20 M

Rabu, 3 November 2010, 20:39 WIB
Ita Lismawati F. Malau, Desy Afrianti

Hakim konstitusi Mahfud MD dan Akil Mochtar (Antara/ Widodo S Jusuf)
VIVAnews - Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar mengaku pernah dituduh Refly Harun menjadi makelar kasus untuk memenangkan perkara di MK. Akil membantah tudingan itu.

"Itu omong kosong. Memang buktinya ada?" kata Akil di Gedung MK, Rabu, 3 November 2010. Refly yang juga mantan staf ahli di MK menulis opini soal mafia kasus di MK di harian Kompas berjudul 'MK Masih Bersih?' pada 25 Oktober lalu.

Akil menceritakan bahwa dirinya dituduh mengatur perkara dengan anggota Panitia Pemilihan Kecamatan. Padahal, kata Akil, diirnya kerap menerima pesan singkat, misalnya dari Papua yang mengancam keluar dari NKRI jika dikalahkan MK.

"Apa yang begitu harus kita tanggapi? Ada juga yang SMS, perkara Marauke mengeluarkan uang Rp20 miliar untuk Pak Akil, Hamdan, Ibu Maria, Pak Alim. Bayangkan, SMS seperti itu apakah kita langsung percaya? Itu SMS ditunjukan langsung ke saya," ungkapnya.

Menurut Akil, melakukan transaksi suap senilai Rp20 miliar tidaklah mudah. Sebab, jika ingin dimasukkan ke rekening sendiri di bank harus diverifikasi terlebih dahulu. "Saya tidak  punya uang Rp20 miliar di rekening. Dan saya terlalu murah untuk harga Rp20 miliar," ucapnya.

Akil pun meminta Refly untuk melakukan klarifikasi atas tuduhannya itu. Akil balik menuding, tuduhan itu dilayangkan Refly karena sengketa Pilkada di Papua ditangani Refly selaku pengacara salah satu pihak. "Itu kan subyektif, tidak  benar, bohong, karena dia kalah."

Ketua MK Mahfud MD mengangkat Refly Harun, yang juga seorang pakar hukum tata negara, sebagai ketua tim investigasi pengungkapan markus di MK setelah Refly menulis opini itu.

Dalam tulisannya, Refly menyebutkan bahwa dirinya pernah mendengar langsung di Papua ada orang yang mengatakan menyediakan uang bermiliar-miliar rupiah untuk berperkara di MK termasuk menyuap hakim MK dalam menangani  Pemilukada.

Selain itu dia juga mengaku pernah mendengar langsung dari seseorang yang pernah diminta hakim MK untuk mentransfer uang Rp1 miliar sebelum putusan MK diketuk palu. 

Akil sendiri menyatakan siap diperiksa tim investigasi mafia hukum pimpinan Refli itu. Namun, dia meminta pemeriksaan itu didasari oleh adanya dugaan yang kuat.

"Masak nggak ada ujug-ujug-nya gua diperiksa? Gua gampar entar pake duit 20 mililar itu, lho. Aku membayangkan uang 20 miliar itu diangkut pake pick up kecil itu," kata Akil. (kd)
• VIVAnews

Sabtu, 14 Agustus 2010

Din Curiga Penangkapan Ba'asyir Alihkan Isu
"Saya khawatir ada rekayasa, seperti rekaman yang semula disebutkan Kapolri ada."
Sabtu, 14 Agustus 2010, 11:58 WIB
Arinto Tri Wibowo, Purborini
VIVAnews - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menyatakan kecewa dengan cara penangkapan pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukohardjo, Abu Bakar Ba'asyir. Dia bercuriga langkah itu adalah upaya untuk mengalihkan isu semata.

"Tidak ada alasan untuk melakukan hal seperti itu," kata Din pada diskusi Radio Trijaya bertema 'Merdeka tapi Cemas' di Jakarta, Sabtu, 14 Agustus 2010.

Aparat penegak hukum, menurut dia, seharusnya mengindahkan aturan dan budaya yang berlaku. "Kalau penahanan itu melibatkan nama seperti Noordin M. Top, cara penangkapan seperti itu bisa dilakukan," ujar dia.

Din khawatir penangkapan tersebut dapat menciptakan trauma bagi pemuka agama lainnya.
"Saya khawatir ada rekayasa, seperti rekaman yang semula disebutkan Kapolri ada. Dengan logika sederhana itu bisa dihubungkan," katanya. Toh, Din mengaku tidak memiliki bukti untuk itu.

Dia berharap kepolisian memiliki bukti yang kuat tentang dugaan keterlibatan Ba'asyir dalam jaringan teroris. "Saya mendukung upaya pemberantasan terorisme, tapi hanya jika ada bukti kuat. Jika tidak, bebaskan," katanya. (kd)
• VIVAnews
Jajanan Mengandung Borax Beredar di Mataram
Namun syukurlah, persentase makanan mengandung zat berbahaya di Mataram menurun
Sabtu, 14 Agustus 2010, 19:17 WIB
Arfi Bambani Amri
VIVAnews - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM) Mataram merazia jajanan yang dijual sejumlah pedagang di empat titik di Kota Mataram. Razia dilakukan untuk mengetahui kandungan makanan yang terdapat pada
makanan tersebut.

Dalam melakukan razia, Balai Besar POM Mataram membawa mobil laboratorium keliling. Petugas mendeteksi sejumlah makanan untuk mengetahui kandungan zat kimia seperti borax, rodanim (zat pewarna pakaian), formalin dan zat kimia lainnya yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Mataram Sri Utami Ekaningtiyas mengatakan razia dilakukan untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat yang membeli jajanan terutama untuk berbuka puasa. Petugas langsung melakukan tes terhadap makanan yang dirazia.

Dari empat lokasi yang dirazia petugas, Pasar Ampenan, Pasar Kebon Roek, Pasar Cakranegara dan Jalan Airlangga, petugas mengambil 20 jenis makanan. Petugas lebih fokus memeriksa makanan yang bewarna seperti cendol, kue lapis, bakso dan kerupuk.

"Kami menemukan satu jenis makanan yakni kerupuk nasi yang terdeteksi  mengandung borax. Borax merupakan zat kimia yang digunakan untuk pembuatan kapur barus, pembuatan deterjen pembersih. Zat itu sangat membahayakan kesehatan," kata Sri di Mataram, Sabtu 14 Agustus 2010.

Lebih lanjut Sri Utami menjelaskan razia serupa juga digelar disejumlah tempat di NTB seperti di Sumbawa, Bima dan Dompu. Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa temuan kali ini lebih rendah dibanding bulan Ramadan tahun lalu. Tahun sebelumnya Balai Besar POM Mataram menemukan 30 persen jajanan mengandung zat kimia, namun tahun ini temuan tersebut tak mencapai 30 persen.

Petugas Balai Besar POM akan melakukan pembinaan bagi pedagang yang kedapatan menggunakan zat kimia dalam membuat makanan. Razia makanan yang digelar hari ini menarik perhatian masyarakat.

Sejumlah pembeli yang ditemui VIVAnews.com mendukung razia yang digelar Balai Besar POM tersebut. Menurut mereka razia perlu dilakukan secara rutin untuk memberi rasa aman bagi masyarakat terutama umat muslim yang tengah menjalankan ibadah puasa.

Laporan Edy Gustan | Mataram
• VIVAnews
Musala Pertama di Surabaya
Dulunya didirikan di tengah hutan. Sekarang menjadi bagian dari kepadatan Surabaya.
Sabtu, 14 Agustus 2010, 17:38 WIB
Arfi Bambani Amri
Musala Makam Mbah Karimah, Surabaya (VIVAnews/ Tudji Martudji)
VIVAnews - Musala di Makam Mbah Karimah merupakan salah satu tempat tujuan umat Islam di Surabaya dan sekitarnya saat bulan Ramadan. Musala ini dipercaya adalah musala pertama yang dibangun Sunan Ampel, penyebar Islam di Surabaya dan sekitarnya.

Letaknya di kawasan Kembang Kuning, Surabaya. Menuju lokasi ini, bisa diawali dari Masjid Rahmat atau dikenal dengan sebutan Masjid Kembang Kuning di Jalan Chairil Anwar 27, Surabaya. Kemudian, berjalan ke barat menyusuri perkampungan padat yang agak mendaki. Sekitar 100 meter kemudian terlihat gapura bertulis 'Makam Mbah Karimah'.

Meski Surabaya berhawa panas, suasana di sekitar makam terasa nyaman karena berada di dataran tinggi dan dikitari pepohonan. Halamannya tidak begitu luas, tapi terasa sejuk dengan dua pohon asam seakan sebagai pintu gerbang.

Ada dua bangunan, musala dan cungkup dua makam. Makam pertama milik Mbah Karimah yang terdapat tulisan wafat pada tahun 1377. Di sebelahnya, makam Sholeh, salah satu murid setianya.

"Ini makam Mbah Karimah dan yang itu Mbah Sholeh, murid atau cantriknya. Mbah Karimah itu orang yang berjasa di kawasan ini," kata juru kunci makam, bernama Suripto (62).

Musala ini dipercaya Suripto adalah musala pertama yang berdiri di tanah Jawa, buah karya besar tangan dingin Rahmatullah alias Raden Rahmad yang kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel. Namun klaim ini tentu patut dipertanyakan karena terdapat berbagai masjid atau tempat ibadah muslim yang berumur jauh lebih tua daripada ini.

Namun musala ini jelas yang pertama berdiri di Surabaya mengingat kisahnya bagian dari perjalanan hidup Sunan Ampel (1401-1481), penyebar Islam di Surabaya dan sekitarnya. Kisahnya, awal abad 15, Rahmatullah mendirikan tempat ibadah yang juga wujud ucapan terimakasihnya kepada Wiroseroyo pemeluk Hindu dari Majapahit yang kemudian masuk Islam.

Pak Wiro, pengembara dari Majapahit saat itu tengah berjalan bersama putrinya Karimah. Versi lain menyebut Pak Wiro sebelumnya telah lebih dulu menetap di hutan itu setelah lari dari Majapahit. Di hutan Kembang Kuning itu, pertemuan terjadi antara bekas petinggi dari Majapahit dengan pemuda bernama Rahmat.

"Singkat cerita, melihat kekhusukannya, Wiro dan anaknya memutuskan untuk mengikuti pemuda tersebut dan memeluk keyakinan yang diikuti Rahmatullah," kata Suripto.

Seiring berjalannya waktu, Wiro kemudian menjadi mertua Rahmatullah. Setelah mempersunting Karimah, Rahmatullah pamit meninggalkan hutan untuk melanjutkan dakwah. Sebelum ditinggalkan, di hutan tersebut telah berdiri musala kecil dari bilik. Kemudian, ia dan istrinya berjalan ke arah utara dan akhirnya menetap dan meninggal di kawasan Ampel, Surabaya Utara.

Setelah ditinggal Rahmatullah, Wiro hidup sendiri. Melanjutkan ajaran menantunya hingga kemudian lokasi itu ramai didatangi banyak orang dari berbagai penjuru negeri. Mereka ingin belajar bersama Wiro dan menjadi orang terkenal setelah kembali ke daerahnya. Wiro lambat laun dikenal sebagai Mbah Karimah.

Setiap Ramadan, tempat ini tidak pernah sepi didatangi peziarah. Mulai sekadar salat, mengaji kemudian istirahat bahkan bermalam setelah sebelumnya melakukan ziarah. Tak jarang mereka datang kembali membawa nasi tumpeng untuk selamatan.

"Saya sering diminta membaca do'a. Katanya, do'a atau keinginannya terijabah," kata Suripto.

Saat VIVAnews datang, sejumlah orang sedang berdoa dan mengaji di tempat ini. "Di sini enak, tempatnya sepi sejuk dan tenang. Kalau Allah menghendaki, keinginan kita akan terkabul setelah bermunajad," kata Muhajir, salah satu peziarah, saat ditemui VIVAnews di awal Ramadan 1431 Hijriyah ini.

Muhajir percaya, doanya terkabul ada buah asem jatuh tepat di depannya. "Iya, itu yang pernah saya alami," kata lelaki asal Sidoarjo itu.

Tiga bulan silam, Muhajir mengaku terbebas dari kesulitan. Sebelumnya, ia mengaku tertipu, kiriman mebelnya ke luar Jawa tidak terbayar oleh pemesannya. Namun, setelah bermunajad di tempat itu semua berbalik. "Tapi saya tidak mau syirik, semua ini karena Allah."

Laporan Tudji Martudji | Surabaya
• VIVAnews

lOpo MarSuO